Notification

×

Iklan

EID MUBARAK

KIRIM TULISAN 1S PINK

Iklan 728x90

FILLO MAGZ

BISNIS YOK

Matahari di Balik Badai (Ep. 10)

Kamis, 06 Maret 2025 | Maret 06, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-03-06T16:46:24Z

 


Cerita Sambung

Indonesia (Jadi) Emas
oleh Erwinsyah Putra 

Episode 10: Matahari di Balik Badai

Mentari pagi menyemburatkan cahaya keemasan di atas Jakarta. Di kawasan Istana Negara, burung-burung gereja berkicau di antara pepohonan hijau yang mulai bergerak diterpa angin sepoi-sepoi. Namun, kedamaian pagi itu hanyalah ilusi. Di dalam ruang rapat Istana, ketegangan menggantung di udara.

Arga duduk dengan rahang mengeras, mendengarkan laporan terbaru dari Rahmat.

"Serangan finansial semakin gencar, Pak. Oligarki yang kehilangan asetnya tidak tinggal diam. Mereka sekarang menggunakan media internasional untuk membangun narasi bahwa Indonesia mengalami krisis."

Nadira meletakkan tablet di meja dan menggeser layarnya, menampilkan beberapa tajuk berita dari media luar negeri.

  • "Golden Rupiah: Eksperimen Gagal Indonesia?"
  • "Investor Global Kabur, Indonesia Terancam Resesi"
  • "Kebijakan Arga: Keputusan Gila yang Bisa Menghancurkan ASEAN"

"Mereka ingin menciptakan kepanikan," ucap Nadira. "Jika rakyat percaya pada narasi ini, kita dalam bahaya."

Arga menghela napas. Ia tahu bahwa ini adalah pukulan psikologis. GRp bukan hanya ujian ekonomi, tetapi juga pertarungan kepercayaan. Jika rakyat kehilangan keyakinan, semua bisa runtuh sebelum benar-benar mengakar.

Di Balik Layar: Markas Surya

Sementara itu, di sebuah penthouse mewah di lantai 40 sebuah gedung pencakar langit, Surya tersenyum puas. Dia duduk di hadapan layar besar yang menampilkan data pergerakan ekonomi Indonesia.

"Dua hari lagi, panik akan mulai meluas," katanya sambil menyesap segelas wine merah. "Saat itu terjadi, kita buat GRp tampak sebagai biang keladinya."

Seorang pria berjas hitam duduk di seberangnya, memperbaiki dasinya sebelum berkata, "Tapi Presiden Arga tidak bodoh. Dia pasti punya langkah selanjutnya."

Surya tertawa pelan. "Kita lihat saja. Bahkan seorang presiden pun punya batas. Dia tidak bisa melawan tekanan global seorang diri."

Serangan Balik: Strategi Tak Terduga

Di Istana, Arga akhirnya berbicara setelah beberapa saat diam.

"Baik. Kalau mereka ingin perang psikologis, kita juga bisa bermain di level yang sama."

Semua mata tertuju padanya.

"Kita buat pengumuman yang mengejutkan. Kita akan membuka perdagangan GRp ke negara-negara BRICS lebih cepat dari yang direncanakan. Jika mereka membeli komoditas kita dengan GRp, dunia akan melihat bahwa mata uang ini punya kekuatan nyata."

Menteri Luar Negeri Darmawan mengangguk, tersenyum tipis. "Langkah berani, tapi bisa berhasil. Saya bisa berbicara dengan Rusia dan China untuk mempercepat perjanjian bilateral."

Nadira menambahkan, "Saya bisa menyiapkan tim media untuk membalikkan narasi di tingkat internasional. Jika kita berhasil membuat satu negara besar menerima GRp, ini akan menjadi pukulan besar bagi dolar."

Rahmat berdiri. "Saya akan memastikan tidak ada penyabot di dalam negeri yang mengganggu langkah ini."

Arga menatap mereka semua.

"Lawan kita mengira kita hanya bertahan. Mereka tidak tahu bahwa kita juga bisa menyerang."

Di Balik Langit Jakarta: Perubahan Arah Angin

Di luar Istana, Jakarta mulai berdenyut dengan ritme barunya. Di pasar-pasar tradisional, di gedung-gedung perkantoran, di jalanan sibuk ibu kota—narasi tentang GRp mulai berubah. Rakyat mulai menyadari bahwa ini bukan hanya tentang mata uang baru, tetapi tentang kebangkitan bangsa mereka sendiri.

Sementara itu, di penthouse Surya, teleponnya berdering.

"Tuan, ada masalah. China baru saja mengumumkan ketertarikannya untuk menjadikan GRp sebagai bagian dari perdagangan mereka dengan Indonesia."

Wajah Surya menegang. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa skenario yang dia rancang dengan rapi mulai retak.

Bersambung ke Episode 11

×
Duta Huskus

BELI PARFUM INI, KAMI KEMBALIKAN Rp.108.000/ HARI

SYARATNYA KLIK INI