Notification

×

Iklan

EID MUBARAK

KIRIM TULISAN 1S PINK

Iklan 728x90

FILLO MAGZ

BISNIS YOK

Dalihan Natolu di Tengah Gempuran Modrenisasi

Sabtu, 15 Maret 2025 | Maret 15, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-03-21T09:15:54Z

(Opini-Fillo Magz) Dalihan Na Tolu adalah sistem nilai budaya masyarakat Batak Angkola dan Mandailing yang berperan penting dalam membangun harmoni sosial. Dalam konsep ini, hubungan antara suhut (keluarga inti), anak boru (penerima dalam hubungan pernikahan), dan kahanggi (kerabat sedarah) harus dijaga dengan baik. Namun, di era digital, nilai-nilai ini mulai tergerus akibat perubahan gaya hidup dan pola komunikasi generasi muda.

Dampak Digitalisasi terhadap Dalihan Na Tolu Kemajuan teknologi telah membawa banyak manfaat, tetapi juga tantangan dalam melestarikan budaya lokal. Anak muda kini lebih banyak berkomunikasi melalui media sosial dibandingkan tatap muka, yang menyebabkan menurunnya interaksi langsung dalam adat Dalihan Na Tolu. 


Rasa hormat kepada orang tua dan sesepuh yang dahulu diwujudkan dengan interaksi fisik dan keterlibatan dalam acara adat, kini semakin tergantikan oleh pesan singkat atau video call yang kurang mengandung nilai emosional dan penghormatan budaya.


Selain itu, globalisasi dan tren individualisme yang berkembang di era digital membuat generasi muda lebih fokus pada pencapaian pribadi daripada keterlibatan dalam komunitas dan adat istiadat. Akibatnya, semangat gotong royong, musyawarah, dan sikap saling menghormati dalam Dalihan Na Tolu semakin berkurang.


Upaya Melestarikan Dalihan Na Tolu di Era Digital Meskipun menghadapi tantangan besar, masih ada berbagai cara untuk mempertahankan nilai-nilai Dalihan Na Tolu agar tetap relevan bagi generasi muda:

1.  Pemanfaatan Teknologi untuk Edukasi Budaya Pemerintah daerah dan komunitas adat bisa membuat konten digital seperti video, podcast, atau artikel interaktif yang menjelaskan pentingnya Dalihan Na Tolu. Dengan demikian, anak muda tetap bisa memahami dan menghormati nilai-nilai budaya ini meskipun hidup di era digital.


2.  Pendidikan Formal dan Nonformal Sekolah-sekolah di Padangsidimpuan bisa mengintegrasikan nilai-nilai Dalihan Na Tolu dalam kurikulum. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler berbasis budaya juga bisa menjadi wadah bagi generasi muda untuk lebih mengenal adat istiadat mereka.


3.  Acara Adat yang Lebih Inklusif Perayaan adat seperti pernikahan, kenduri, dan musyawarah keluarga bisa dikemas dengan cara yang lebih menarik dan melibatkan peran aktif generasi muda. Misalnya, dengan memberikan mereka peran dalam dokumentasi acara atau memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan nilai budaya ini.


4. Membangun Kesadaran Kolektif Para tokoh masyarakat dan keluarga memiliki peran penting dalam menanamkan nilai-nilai budaya sejak dini. Generasi muda perlu diberikan pemahaman bahwa Dalihan Na Tolu bukan hanya warisan budaya, tetapi juga pedoman untuk menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat.


Mesjid dan gereja di Sipirok, 1906

Perkembangan teknologi dan globalisasi tidak harus menjadi ancaman bagi eksistensi Dalihan Na Tolu. Dengan inovasi dan adaptasi yang tepat, nilai-nilai ini bisa tetap lestari dan relevan bagi generasi muda. Peran keluarga, pendidikan, serta pemanfaatan teknologi yang bijak akan menjadi kunci utama dalam menjaga dan meneruskan warisan budaya ini di era digital. (Arshad Thalib Pohan)



×
Duta Huskus

BELI PARFUM INI, KAMI KEMBALIKAN Rp.108.000/ HARI

SYARATNYA KLIK INI