Notification

×

Iklan

EID MUBARAK

KIRIM TULISAN 1S PINK

Iklan 728x90

FILLO MAGZ

BISNIS YOK

Rokok sebagai Ritual Tradisional hingga Komoditas Global

Minggu, 13 April 2025 | April 13, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-13T13:25:27Z

Rokok kini telah menjadi salah satu komoditas
paling kontroversial di dunia. Di satu sisi, ia menjadi sumber pendapatan besar bagi negara dan industri; di sisi lain, ia menimbulkan berbagai persoalan kesehatan masyarakat. Namun, untuk memahami posisi rokok saat ini, kita perlu menelusuri akar sejarahnya: bagaimana rokok bermula, dan bagaimana ia berubah menjadi produk industri bernilai tinggi.
Tembakau Tembakau merupakan tanaman asli benua Amerika, dan telah digunakan oleh penduduk asli jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa. Menurut Gately (2001) dalam bukunya Tobacco: A Cultural History of How an Exotic Plant Seduced Civilization, suku-suku seperti Maya dan Aztec menggunakan tembakau dalam ritual keagamaan dan pengobatan. Mereka meyakini bahwa asap tembakau membawa doa ke langit dan memungkinkan komunikasi dengan roh nenek moyang. Bangsa Eropa pertama kali menemukan kebiasaan ini ketika Christopher Columbus dan para pelautnya mendarat di Karibia pada tahun 1492. Para penduduk lokal menyambut mereka dengan hadiah daun tembakau yang dibakar dan dihisap. Dari sinilah kontak pertama antara Eropa dan tembakau terjadi (Wilbert, 1987). 

Setelah dibawa ke Eropa oleh pelaut Spanyol dan Portugis, tembakau dengan cepat menjadi populer. Awalnya, ia dipromosikan sebagai tanaman obat. Jean Nicot, seorang duta besar Prancis untuk Portugal, memperkenalkan tembakau kepada istana Prancis sekitar tahun 1560 sebagai pengobatan untuk migrain. Dari nama Nicot inilah kata “nikotin” berasal (Goodman, 1993). Pada abad ke-17 dan 18, penggunaan tembakau menyebar ke seluruh dunia melalui jalur perdagangan kolonial. Bangsa Inggris, Belanda, dan Perancis kemudian mulai membudidayakan tembakau di koloni mereka, terutama di Amerika Utara, menjadikannya salah satu komoditas pertanian utama dalam ekonomi kolonial (Tilley, 2011). 

Awalnya, tembakau dikonsumsi dalam bentuk cerutu atau dikunyah. Namun, rokok seperti yang kita kenal sekarang—tembakau yang digulung dalam kertas—mulai populer di Spanyol dan kemudian menyebar ke negara lain. Transformasi besar terjadi pada tahun 1881 ketika James Bonsack menciptakan mesin pelinting rokok otomatis, yang mampu memproduksi sekitar 200.000 batang rokok per hari (Brandt, 2007). Penemuan ini menandai awal dari era produksi massal rokok. Perusahaan-perusahaan besar seperti American Tobacco Company kemudian tumbuh pesat dan memonopoli pasar. Melalui iklan yang agresif dan strategi pemasaran yang canggih, rokok menjelma menjadi simbol gaya hidup modern, maskulinitas, dan kebebasan, terutama di era pasca Perang Dunia I.

Di Indonesia, sejarah rokok memiliki corak tersendiri. Rokok kretek—campuran tembakau dan cengkeh—pertama kali ditemukan oleh Haji Jamahri di Kudus pada akhir abad ke-19. Produk ini awalnya dianggap sebagai obat untuk sesak napas, sebelum akhirnya berkembang menjadi konsumsi massal (Sumarwan, 2009). Hingga kini, Indonesia menjadi salah satu negara dengan konsumsi dan produksi rokok tertinggi di dunia. Industri rokok di Tanah Air dikuasai oleh perusahaan besar seperti Gudang Garam, Djarum, dan Sampoerna. Rokok pun berkontribusi besar terhadap penerimaan negara melalui cukai, meskipun diiringi oleh berbagai tantangan dari sisi kesehatan masyarakat.

Perjalanan rokok dari ritual suku asli Amerika hingga menjadi komoditas industri bernilai miliaran dolar menunjukkan bagaimana produk berbasis budaya bisa mengalami transformasi besar dalam sejarah manusia. Ia mencerminkan relasi antara budaya, teknologi, dan kekuasaan ekonomi. Di tengah kontroversi yang mengitarinya, rokok tetap menjadi salah satu simbol paling kuat dari dinamika globalisasi, kolonialisme, dan konsumsi modern.

Daftar Pustaka
Brandt, A. M. (2007). The Cigarette Century: The Rise, Fall, and Deadly Persistence of the Product That Defined America. Basic Books. 
Gately, I. (2001). Tobacco: A Cultural History of How an Exotic Plant Seduced Civilization. Grove Press. 
Wilbert, J. (1987). Tobacco and Shamanism in South America. Yale University Press. Goodman, J. (1993)Tobacco in History: The Cultures of Dependence. Routledge. Tilley, H. (2011).  Africa as a Living Laboratory: Empire, Development, and the Problem of Scientific Knowledge, 1870–1950. University of Chicago Press. 
Sumarwan, U. (2009)Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia.
×
Duta Huskus

BELI PARFUM INI, KAMI KEMBALIKAN Rp.108.000/ HARI

SYARATNYA KLIK INI