Notification

×

Iklan

EID MUBARAK

KIRIM TULISAN 1S PINK

Iklan 728x90

FILLO MAGZ

BISNIS YOK

Pelanggan Pak Amat makin Tokcer (Indonesia (Jadi) Emas Ep. 35)

Kamis, 10 April 2025 | April 10, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-04-09T18:56:18Z

Cerita Sambung Episode 35 – Pelanggan Pak Amat makin Tokcer

Pagi itu, suasana Warung Kopi Pak Amat lebih ramai dari biasanya. Di televisi, berita masih menyoroti penurunan dolar dan dampaknya terhadap ekonomi global.

Di salah satu meja, Joni, dosen ekonomi, masih asyik berdiskusi dengan Bagus, pengusaha muda, dan Rizal, pedagang emas.

Pak Amat, sang pemilik warung, ikut nimbrung sambil menuangkan kopi.

"Kemarin kita bahas fiat money dan kenapa dolar bisa goyah. Nah, sekarang aku penasaran, gimana dengan Rupiah?"

Joni menghela napas sambil mengaduk kopinya.

"Rupiah ini punya sejarah panjang dan malang. Bukan karena ekonominya lemah, tapi karena kebijakan cetak uang yang ngawur."

Bagus mencondongkan tubuhnya.

"Maksudnya gimana? Bukannya Rupiah memang lemah karena ekonomi kita dulu belum sekuat sekarang?"

Joni tersenyum.

"Nggak sepenuhnya gitu, Gus. Yang bikin Rupiah anjlok berkali-kali itu lebih banyak karena Printed Money—alias cetak uang dari angin!"

Sejarah Gelap Rupiah – Dari Orde Lama ke Orde Baru

Joni mulai menjelaskan, tangannya mengangkat cangkir kopi seolah sedang mengajar di kelas.

"Kita mulai dari era Soekarno, tahun 1960-an. Saat itu, pemerintah butuh banyak duit buat proyek besar. Daripada cari investasi atau produksi lebih banyak, mereka pilih jalan pintas: cetak uang!"

Rizal mengangkat alis.

"Terus, apa yang terjadi?"

Joni tersenyum miris.

"Sama kayak hukum ekonomi biasa, makin banyak barang beredar, makin turun nilainya. Akhirnya, Rupiah hancur. Inflasi waktu itu gila-gilaan, sampai ratusan persen! Harga-harga naik tiap hari, rakyat menderita, dan akhirnya jadi salah satu alasan kenapa Orde Lama tumbang."

Bagus menepuk dahinya.

"Gila, mirip kayak Venezuela sekarang!"

Joni mengangguk.

"Benar. Nah, masuk Orde Baru, kita lebih stabil. Tapi masalahnya, utang mulai menggunung. Rupiah masih sering tertekan, apalagi waktu 1998, saat kita kena krisis moneter. Lagi-lagi, pemerintah harus nyetak uang buat bailout bank-bank yang gagal."

Rizal menggeleng.

"Jadi intinya, kalau cetak uang terus tanpa ada produksi nyata, nilai Rupiah bakal turun?"

Joni menepuk meja.

"Pas banget! Nggak peduli duit itu dicetak buat bayar utang atau buat belanja pemerintah, tetap aja namanya 'uang dari angin'. Kalau nggak ada output ekonomi yang mendukung, ya nilainya jeblok!"

Pelajaran dari Negara Lain – Kenapa Rupiah Masih Lemah?

Pak Amat yang dari tadi mendengar akhirnya ikut bicara.

"Kalau begitu, kenapa Rupiah nggak bisa kuat kayak dolar atau euro?"

Joni menghela napas.

"Karena Rupiah masih sering jadi korban kebijakan moneter yang kurang hati-hati. Negara-negara maju bisa cetak uang lebih banyak karena ekonomi mereka kuat dan punya kepercayaan pasar. Indonesia? Masih dalam tahap berkembang. Kalau cetak uang kebanyakan, investor lari, inflasi naik, Rupiah makin tenggelam."

Bagus bersandar di kursinya.

"Berarti, biar Rupiah kuat, kita harus stop cetak uang sembarangan?"

Joni mengangguk.

"Tepat! Harus ada keseimbangan. Kalau nggak, kita bakal terus terjebak dalam siklus Rupiah lemah, inflasi naik, dan daya beli rakyat makin terpuruk."

Kesimpulan di Warung Kopi

Suasana warung kopi sedikit hening. Televisi masih menampilkan berita tentang bagaimana beberapa negara mulai mengurangi ketergantungan pada dolar.

Rizal menatap uang kertas di tangannya.

"Jadi, uang yang kita pegang ini sebenarnya nilainya bisa turun kapan aja kalau pemerintah nggak hati-hati?"

Joni mengangguk.

"Betul. Makanya, jangan cuma percaya sama uang kertas. Simpan aset yang lebih nyata—emas, tanah, atau bahkan bisnis produktif."

Pak Amat tersenyum sambil menuangkan kopi lagi.

"Mau Rupiah kuat atau lemah, yang penting kita masih bisa ngopi."

Semua tertawa. Tapi di dalam hati, mereka mulai sadar bahwa sistem moneter yang mereka anggap biasa ternyata menyimpan rahasia besar.  Oleh Erwinsyah Putra.


Bersambung Episoode 36

×
Duta Huskus

BELI PARFUM INI, KAMI KEMBALIKAN Rp.108.000/ HARI

SYARATNYA KLIK INI