Langit Jakarta cerah. Gedung-gedung pencakar langit memantulkan sinar mentari, seolah melambangkan kebangkitan ekonomi Indonesia. Hari itu bukan hari biasa. Dunia sedang menyaksikan keputusan penting yang akan mengubah arah sejarah keuangan global.
Di ruang konferensi Gedung Merdeka, perwakilan negara-negara OKI (Organisasi Kerja Sama Islam) duduk dalam satu meja besar. Di layar utama, terpampang keputusan monumental:
“OKI RESMI MENGGUNAKAN GOLDEN RUPIAH (GRp) SEBAGAI MATA UANG KERJA SAMA PERDAGANGAN”
Tepuk tangan menggema di ruangan. Delegasi dari Turki, Mesir, Arab Saudi, Pakistan, Iran, dan negara-negara OKI lainnya mengangguk penuh persetujuan.
Indonesia: Dari Rupiah Lemah ke Golden Rupiah yang Tangguh
Beberapa tahun sebelumnya, Indonesia masih terjebak dalam sistem fiat money. Nilai Rupiah berfluktuasi liar, terombang-ambing oleh kebijakan moneter global. Tetapi, semuanya berubah ketika pemerintah mengambil langkah berani:
Keputusan ini awalnya dianggap kontroversial. Para ekonom dunia skeptis, media Barat mencibir, dan lembaga keuangan global memperingatkan Indonesia tentang risiko "keluar dari sistem dolar."
Namun, dalam beberapa tahun, dunia menyaksikan keajaiban.
Golden Rupiah tetap stabil saat dolar dan euro terus melemah akibat inflasi. Negara-negara yang selama ini terjebak dalam perang mata uang mulai melihat alternatif baru—sebuah sistem keuangan berbasis emas yang lebih adil dan transparan.
OKI Mengambil Langkah Berani
Di dalam konferensi, perwakilan Arab Saudi berbicara:
"Kami sudah lelah dengan ketergantungan pada dolar. Harga minyak kami dikendalikan oleh mata uang yang nilainya terus menurun. Dengan GRp, kami yakin perdagangan bisa lebih adil!"
Delegasi dari Turki menimpali:
"Golden Rupiah telah membuktikan stabilitasnya. Tidak ada devaluasi besar, tidak ada inflasi liar. Ini adalah mata uang yang layak untuk digunakan dalam perdagangan internasional!"
Satu per satu, negara OKI sepakat untuk mulai menggunakan GRp sebagai alat tukar utama dalam perdagangan antarnegara mereka.
Minyak dari Arab Saudi, gas dari Qatar, gandum dari Turki, elektronik dari Malaysia—semua akan diperdagangkan dalam GRp. Tak lagi bergantung pada dolar atau euro yang dikendalikan oleh segelintir negara adidaya.
BRICS Mengikuti Jejak: Menuju Golden-Backed Currency
Di sisi lain dunia, aliansi ekonomi BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) tak tinggal diam. Mereka telah lama mencari cara untuk mengurangi dominasi dolar dalam perdagangan global.
Melihat keberhasilan Indonesia dengan Golden Rupiah, para pemimpin BRICS mulai mendiskusikan kemungkinan menciptakan mata uang mereka sendiri yang juga berbasis emas.
Dalam sebuah pertemuan di Shanghai, Presiden China berbicara dengan nada serius:
"Indonesia telah menunjukkan bahwa ekonomi bisa lebih stabil dengan sistem berbasis emas. Kita harus mempertimbangkan langkah serupa untuk negara-negara BRICS."
Rusia, yang telah lama mengumpulkan cadangan emas besar, segera setuju. India dan Brasil melihat peluang besar.
Era baru dalam keuangan global pun dimulai.
Dampak Besar bagi Indonesia dan Dunia
Berita tentang OKI yang beralih ke Golden Rupiah dan BRICS yang mempertimbangkan mata uang berbasis emas menjadi headline utama di seluruh dunia.
Warung Kopi Pak Amat – Kembali ke Akar Rakyat
Di sudut kota, di sebuah warung kopi kecil, Pak Amat menonton berita di televisi. Wajahnya penuh semangat.
"Akhirnya, uang kita dihargai dunia! Dulu, orang bangga kalau pegang dolar. Sekarang, dunia pakai Golden Rupiah!"
Joni, yang duduk di meja bersama Bagus dan Rizal, tersenyum puas.
"Dari dulu kita percaya, uang sejati harus punya nilai nyata. Kini, Indonesia telah membuktikannya!"
Bagus menyesap kopinya.
"Dulu kita ikut aturan mereka. Sekarang, dunia mulai ikut aturan kita!"
Langit Jakarta tetap cerah. Tapi kali ini, cerahnya membawa makna berbeda—sebuah kebangkitan ekonomi yang telah lama dinantikan.