Notification

×

Iklan

EID MUBARAK

KIRIM TULISAN 1S PINK

Iklan 728x90

FILLO MAGZ

BISNIS YOK

Keputusan Kecil Dampak Besar (Indonesia (Jadi) Emas Ep. 28)

Selasa, 18 Maret 2025 | Maret 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-03-21T17:03:53Z

Cerita Sambung Episode 28: Keputusan Kecil Dampak Besar


Jakarta, Kantor Presiden – Tengah Malam


Hujan rintik-rintik membasahi jendela besar Ruang Krisis Istana Negara. Lampu-lampu kota Jakarta terlihat berpendar dari balik kaca, menciptakan kontras dengan suasana tegang di dalam ruangan. Di meja panjang, Presiden Dharma Wibawa duduk dengan ekspresi serius, dikelilingi oleh para menteri dan pejabat tinggi negara.


Di layar proyektor, Menteri Keuangan Ratna Dewangkara menampilkan laporan yang mencengangkan. "Dalam 48 jam terakhir, pergerakan ekonomi kita menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Pasar internasional menolak GRp sebagai alat tukar. Bank-bank asing mulai membekukan rekening perusahaan-perusahaan kita."

Menteri Luar Negeri, Arief Ramadhan, menyilangkan tangan di dada, wajahnya penuh ketegangan. "Kita sudah berbicara dengan Beijing dan Moskow. Mereka bersedia membantu, tapi dengan satu syarat—Indonesia harus benar-benar meninggalkan sistem finansial Barat."

Presiden Dharma menghela napas berat, memijat pelipisnya. "Jadi, mereka ingin kita memilih sisi dalam konflik global ini?"

Ratna mengangguk pelan. "Ya, Pak. Jika kita tetap bertahan dengan GRp, akan ada konsekuensi besar."


Tiba-tiba, Kepala BIN, Jenderal Satrio, yang sejak tadi diam, bersuara dengan nada berat. "Ancaman terhadap Presiden meningkat. Intelijen kami mendeteksi pergerakan yang mencurigakan di beberapa kedutaan besar di Jakarta. Ada kemungkinan operasi bawah tanah sedang berlangsung."

Ruangan hening. Semua orang tahu, ini bukan sekadar masalah ekonomi—ini soal kedaulatan bangsa.

Dharma menatap satu per satu orang-orang kepercayaannya. Ia tahu, keputusan ini akan mengubah sejarah Indonesia selamanya. "Kita sudah terlalu lama tunduk pada sistem yang menjerat kita dengan utang dan ketidakadilan. Jika kita mundur sekarang, kita akan kembali menjadi negara yang bisa dikendalikan oleh asing. Saya tidak akan membiarkan itu terjadi."


Ratna menarik napas dalam, lalu berkata pelan, tetapi penuh arti. "Pak, jika kita lanjutkan, Indonesia akan benar-benar berdiri sendiri. Apakah kita siap menghadapi embargo ekonomi?"

Dharma menatap tajam ke arah jendela, melihat ibu kota yang masih terjaga meski malam semakin larut. "Kita tidak sendiri, Bu Ratna. Rakyat bersama kita. Dan kita akan pastikan mereka tidak terzalimi oleh sistem yang tidak adil ini."

Arief tersenyum tipis. "Baik, kalau begitu. Indonesia akan masuk ke babak baru."

Di luar istana, hujan mulai reda. Namun, badai sesungguhnya baru akan dimulai. (Oleh Erwinsyah Putra)


Bersambung Episode 29

×
Duta Huskus

BELI PARFUM INI, KAMI KEMBALIKAN Rp.108.000/ HARI

SYARATNYA KLIK INI