Sidimpuan: Sudah Lama tapi Kok?
.
Last Updated
2025-03-01T19:36:45Z
Kota Padangsidimpuan, sering dijuluki sebagai "Kota Salak", memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Berikut adalah rangkuman perjalanan sejarah kota ini:
Awal Mula dan Perang Paderi (1821):
Pada tahun 1821, selama Perang Paderi di Sumatera Barat, pasukan Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Imam Lelo mendirikan sebuah benteng di wilayah yang kini dikenal sebagai Padangsidimpuan. Benteng ini membentang dari Batang Ayumi hingga Aek Sibontar. Keberadaan benteng ini menjadi cikal bakal berdirinya kota tersebut.
Promo Diskon 35%! Klik gambar di atas untuk mendapatkan diskon spesial.
Asal Usul Nama:Nama "Padangsidimpuan" berasal dari bahasa Angkola, di mana "padang" berarti "hamparan luas" dan "sidimpuan" berarti "di dataran tinggi". Secara harfiah, nama ini menggambarkan wilayah yang luas di dataran tinggi. Pada masa lalu, daerah ini merupakan tempat persinggahan bagi para pedagang dari berbagai daerah, termasuk pedagang ikan dan garam yang melakukan perjalanan antara Sibolga, Padangsidimpuan, Panyabungan, dan Padang Bolak.
Masa Kolonial Belanda:
Pada era kolonial Belanda, Padangsidimpuan berkembang menjadi pusat pemerintahan untuk wilayah Tapanuli. Kota ini pernah ditetapkan sebagai ibu kota Keresidenan Tapanuli pada periode 1883-1906, sebelum akhirnya dipindahkan ke Sibolga. Jejak peninggalan kolonial masih dapat dilihat, seperti bangunan kantor pos dan kantor polisi di pusat kota.
Masa Revolusi Indonesia (1945-1949):
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, berita kemerdekaan sampai ke Padangsidimpuan melalui pejuang dari wilayah Sibolga dan Bukittinggi. Kota ini menjadi saksi kunjungan tokoh-tokoh penting, termasuk Wakil Presiden Mohammad Hatta pada 15 Juli 1947 dan Presiden Sukarno pada tahun berikutnya, yang memberikan semangat perjuangan kepada masyarakat setempat.
Perkembangan Menuju Kota Otonom:
Pada tahun 1982, melalui Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1982, status Padangsidimpuan ditingkatkan menjadi kota administratif, sebagai langkah menuju kota otonom. Kota ini terdiri dari dua kecamatan: Padangsidimpuan Selatan dan Padangsidimpuan Utara. Akhirnya, pada tahun 2001, Padangsidimpuan resmi menjadi kota otonom yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Selatan.
Seiring berjalannya waktu, Padangsidimpuan terus berkembang dan mempertahankan identitasnya sebagai pusat perdagangan dan budaya di wilayah Tapanuli Selatan.