Notification

×

Iklan

EID MUBARAK

KIRIM TULISAN 1S PINK

Iklan 728x90

FILLO MAGZ

BISNIS YOK

Gara-Gara Rupiah Emas - (Indonesia (Jadi) Emas (Ep. 24)

Sabtu, 15 Maret 2025 | Maret 15, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-03-22T21:48:39Z
Cerita Sambung Episode 24: Gara-Gara Rupiah Emas 


Jakarta, Gedung Bank Sentral Indonesia Di sebuah ruang rapat yang dijaga ketat, Gubernur Bank Sentral, Dr. Rendra Wirawan, menatap dokumen-dokumen tebal di hadapannya. Di seberangnya, beberapa pejabat tinggi perbankan nasional tampak gelisah. "Kita dalam situasi genting," suara Dr. Rendra terdengar berat. "Sejak kita menerapkan 100% GRp berbasis emas, World Bank dan IMF terus menekan kita. 


Mereka menuntut kita kembali ke sistem fiat. Jika tidak, mereka mengancam akan membekukan aset luar negeri kita." 


Seorang pejabat dari bagian moneter, Bu Lestari, menimpali, "Bukan hanya itu, Pak. Beberapa bank swasta yang masih punya keterkaitan dengan sistem perbankan global mulai mengalami pembatasan transaksi. Mereka mengklaim bahwa GRp tidak memiliki 'legal tender' di pasar internasional." Seorang ekonom senior, Pak Fadli, menggelengkan kepala. "Lucu. Ketika kita pakai uang fiat yang terus melemah, mereka senang. Sekarang ketika kita punya mata uang yang stabil dan kuat, mereka panik." 


Dr. Rendra mengepalkan tangan. "Ini bukan soal ekonomi, ini soal dominasi. Mereka tidak ingin ada negara yang lepas dari sistem uang fiat mereka." 


*** 
Gedung DPR RI, Jakarta 

Di tempat lain, Komisi Keuangan DPR sedang melakukan rapat darurat. Ketua Komisi, Pak Satrio, menatap anggota-anggotanya dengan wajah serius. "Kita tidak bisa terus di bawah tekanan ini. Utang luar negeri kita masih ada, dan sekarang PBB mulai menekan kita untuk melunasi lebih cepat." 


Bu Meutia, salah satu anggota DPR, mengangkat tangan. "Mereka takut kita tidak akan membayar dengan dolar. Mereka tahu jika kita bayar dengan emas, itu akan membuat harga emas dunia melonjak, dan itu akan menghancurkan sistem mereka." Pak Gunawan, seorang anggota senior, menyela. "Jadi apa solusinya? Kita tidak bisa tunduk begitu saja." Pak Satrio menarik napas panjang. 


"Satu-satunya cara adalah mempercepat transisi kita. Kita harus membangun aliansi baru. Jika kita sendirian, mereka akan menghancurkan kita." 


*** 
Istana Negara, IKN 


Presiden Bapak Arya Pranata duduk di ruang kerjanya, menatap laporan dari Menteri Luar Negeri, Bu Rachmi Setiawan, yang tampak lelah. "PBB sudah memberi ultimatum, Pak," ucap Bu Rachmi pelan. "Jika kita tidak kembali ke sistem fiat dalam tiga bulan, mereka akan memberlakukan embargo terhadap kita. Beberapa negara sudah mulai mempertimbangkan untuk memutus hubungan dagang." 


Presiden Arya mengepalkan tangan. "Mereka pikir kita akan tunduk semudah itu?" Menteri Keuangan, Pak Widodo, menambahkan, "Belum lagi ancaman dari AS. Mereka baru saja mengeluarkan kebijakan deportasi massal untuk WNI yang bekerja di sana. Kedutaan Besar kita di Washington sedang kewalahan menangani ratusan ribu WNI yang tiba-tiba harus pulang tanpa peringatan." Bu Rachmi menggelengkan kepala. "Ini jelas tekanan politik. Mereka ingin menciptakan kekacauan di dalam negeri kita." 


Presiden Arya berdiri, matanya membara. "Baik. Kalau ini perang ekonomi, kita akan hadapi. Kita tidak akan mundur." 


***
Istanbul, Turki – Markas Besar OKI 


Dalam situasi yang semakin menegang, OKI mengadakan pertemuan darurat yang dihadiri oleh para pemimpin ekonomi dan politik dari berbagai negara Muslim. Presiden Turki, Pemimpin Uni Emirat Arab, Raja Arab Saudi, dan beberapa kepala negara lainnya berkumpul dalam ruang konferensi besar. 


Sekjen OKI membuka pertemuan. "Saudara-saudara sekalian, kita berada di titik sejarah baru. Indonesia telah mengambil langkah yang berani dengan kembali ke emas. Dan kini, mereka sedang ditekan oleh kekuatan-kekuatan besar dunia. Pertanyaannya: Apakah kita akan membiarkan mereka sendirian?" Raja Arab Saudi berbicara dengan lantang. "Indonesia adalah negara Muslim terbesar di dunia. Jika mereka berhasil, ini akan menjadi contoh bagi kita semua. Kita tidak bisa membiarkan mereka dijatuhkan!" Presiden Turki menimpali. "Saya setuju. Jika kita mendukung Indonesia, kita juga bisa membangun sistem moneter baru yang tidak lagi dikendalikan oleh Barat. 


Saatnya bagi dunia Muslim untuk mandiri secara ekonomi." Pertemuan itu menjadi titik balik. OKI resmi menyatakan dukungan untuk Indonesia, menandai awal dari perlawanan besar terhadap sistem ekonomi global yang selama ini dikuasai Barat. 


***
Kembali ke Istana Negara, Jakarta Presiden Arya menerima laporan dari Dubes Indonesia di Turki. Senyumnya muncul untuk pertama kali dalam beberapa hari. "Pak, OKI menyatakan dukungan penuh untuk kita. Mereka siap membantu kita dalam perdagangan dan investasi emas." Para menteri yang ada di ruangan itu saling pandang. 


Namun, di saat yang sama, telepon merah di meja Presiden berdering. Itu dari Kedutaan Besar Indonesia di Washington. "Pak, kami mendapat informasi dari intelijen, Ada kemungkinan AS akan meningkatkan tekanan lebih keras. Kita harus bersiap-siap." 


Presiden Arya menutup telepon dan menatap kabinetnya. "Jika mereka ingin menjatuhkan kita, mereka akan berhadapan dengan bangsa yang tidak bisa dibeli. Kita bukan lagi budak dolar. Kita adalah Indonesia!" oleh Erwinsyah Putra.


Bersambung ke Episode 25

×
Duta Huskus

BELI PARFUM INI, KAMI KEMBALIKAN Rp.108.000/ HARI

SYARATNYA KLIK INI